Sabtu, 18 Februari 2012

masjid pangeran aria singaraja


A.    Pendahuluan

Banten merupakan daerah yang terletak di ujung barat pulau jawa. Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan pusat pemerintahannya berada di Kota Serang. Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten pada abad ke 5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, yang ditemukan di kampung lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman. Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa sejarawan ini akibat serangan kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugis pada tahun 1513, Banten menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Banten adalah salah satu pelabuhan kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk.
Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibukota atau pakuan (berasal dar kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten.
Setelah Kesultanan Banten mengalami kemunduran dan kehancuran, banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Banten berupa benda-benda peninggalan Kesultanan Banten itu sendiri atau pun peninggalan Belanda pada saat menjajah Banten. Namun dalam laporan Penelitian ini saya lebih memfokuskan meneliti bangunan berupa peninggalan Islam Banten seperti Masjid. Masjid adalah berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat sujud. Masjid adalah tempat ibadah yang khusus, seperti shalat dan i'tikaf, untuk orang Islam. Bangunan ini juga merupakan pusat kebudayaan, muamalat, dan perkembangan dakwah Islamiah, serta pusat aktivitas umat Islam. Masjid tidak memiliki rupa bentuk yang tetap, tetapi tergantung pada budaya masyarakat Islam setempat. Dari sudut bahasa, "masjid" berarti tempat bersujud. Sejak Rasulullah saw, kemajuan umat dan gerakan Islam semuanya dimulai dari masjid. Masjid telah dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul, berdiskusi dan merencanakan strategi yang tidak terbatas pada bidang dakwah malah perdagangan, hukum, dan penyebaran ilmu, serta berbagai lagi.
Banten memiliki peniggalan berupa Masjid-Masjid kuno yang memiliki nilai sejarah dalam pembangunannya, oleh karena itu sayang sekali jika bangunan ini tidak di gali nilai-nilai sejarahnya. Masjid-masjid kuno yang ada di Banten hampir semuanya dibangun pada abad ke-16 sampai abad ke-19. Dikatakan kuno dan memiliki nilai sejarah karena masjid yang ada di Banten hampir semuanya dibangun oleh orang-orang dari Kesultanan Banten. Dengan mempelajari dan menggali nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam masjid kuno yang ada di Banten maka hal tersebut menjadi sebuah informasi sejarah Banten yang tak ternilai harganya. Dengan demikian menjaga dan merawat situs-situs bersejarah adalah hal yang sangat wajib kita jalankan.






B.     Lokasi Masjid Pangeran Aria Singaraja
Masjid Pangeran Aria Singaraja atau sekarang lebih dikenal dengan Masjid Singarajan, berlokasi di Jl. Raya Pontang Kp. Singarajan Rt. 02 Ds. Singarajan Kec. Pontang, Kabupaten Serang dengan jarak tempuh dari pusat Ibu Kota Provinsi Banten sekitar 26 Km. Sebelum desa ini ramai seperti sekarang, masjid ini terletak persis di mulut desa namun setelah desa ini ramai penduduk letak masjid pun sedikit masuk ke dalam desa sehingga tidak langsung terlihat di jalan raya pontang. masjid ini memiliki  luas tanah sekitar 5.000 meter persegi (100 x 50 meter).

C.    Sejarah Singkat Masjid Pangeran Aria Singaraja
Menurut cerita masyrakat setempat, masjid ini didirikan oleh salah seorang keturunan sultan Banten yang bergelar Pangeran Aria Singaraja. Beliau hidup pada periode terakhir pemerintahan Kesultanan Banten, yaitu zaman pemerintahan Sultan Muhammad Rafiudin (1809-1813 M). Pangeran Aria Singaraja ini masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Pangeran Suniyararas di Tanara (Kecamatan Tirtayasa) yang juga mendirikan masjid di sana dengan arsitekstur yang hampir mirip dengan Masjid Aria Singaraja. Konon kedua pangeran ini bertugas untuk memimpin daerah-daerah di pesisir timur Banten. Sesuai dengan gelar Pangeran Aria Singaraja, maka kampung tempat masjid ini didirikan kemudian diberi nama kampung Singarajan yang berasal dari kata Singaraja-an. [1]
Data mengenai kapan masjid ini dibangun dan sejarah hidup Pangeran Aria Singaraja yang membangunnya masih sulit didapat sebab, masyarakat setempat hanya mengetahui sedikit saja informasinya mengenai siapa Pangeran Aria Singaraja tersebut, selebihnya mereka tidak tahu-menahu tentang sejarah pembangunanannya namun, jika dilihat dari periode tahun pemerintahan Sultan Rafiudin yaitu pada tahun1809.

D.    Bentuk Fisik Bangunan Masjid
Adapun bentuk fisik dan unsur-unsur bangunan Masjid Pangeran Aria Singaraja sudah banyak renovasi dilakukan. Menurut sumber yang saya temui, Kang Habsyi beliau mengatakan masjid ini memang sudah terlihat modern dengan adanya tambahan-tambahan bangunan yang didirikan sebagai pelengkap atau unsur baru dari masjid ini, namun tidak mengubah bentuk asli masjid yaitu bagian dalam masjid. Dengan tata ruang bagian dalam tidak berubah sejak berdirinya sampai sekarang, kecuali pada penambahan-penambahan ataupun perluasannya, yaitu jpada seambi kiri dan kanan. Penambahan terjadi pada tahun 1957, demikian pergantian atap gentengnya. Bagian depan  masjid diganti dengan genteng kodok. Pada tahun itu pula dilakukan pengurugan atau penimbunan lantai ubin dan diganti dengan yang baru. Pada tahun 1988 ada penambahan tempat wudhu dengan menambahkan kran air, yaitu di samping kanan bagian belakang. Terdapat unsur-unsur masjid lainnya yang penting untuk di bahas. Berikut penjelasan unsur-unsur masjid lainnya:
a.       Mihrab Masjid
Mihrab Masjid ini mempunyai ukuran tinggi sekitar dua meter, lebar satu meter dan ukuran dalam mihrab kira-kira dua meter. Ruang dalam berbentuk melengkung setengah lingkaran dengan bagian luar atas mihrab terdapat sedikit hiasan yang berbentuk sulur gelung. Mihrab masjid ini belum mengalami perubahan bentuk hanya saja sudah bagian luar dindingnya sudah dihiasi dengan keramik.
b.      Mimbar Masjid
Mimbar masjid terletak sebelum mihrab yaitu bagian kanan belakang mihrab sof bagian ke-2. Bentuk fisik mimbar semula terbuat dari bahan kayu kemudian diubah menjadi tembok permanen dan dikeramik dengan 5 anak tangga. Mimbarnya terdapat atap yang terbuat dari kayu dan berwarna cat kuning keemasan. Tinggi mimbar masjid dari lantai hingga atap menurut ukuran saya yaitu 3,90 m, lebar 1 m, dan panjang 2,20 m. terdapat replika tombak yang disandarkan pada tiang mimbar dengan panjang 1,5 m dan terbuat dari kayu.
c.       Atap Masjid
Atap masjid berbentuk undakan atau bentuk susun makin ke atas makin mengecil. Semula masjid ini tersusun atapnya tiga susun namun setelah dilakukan perbaikan dan perluasan masjid maka atap ditambah satu atap lagi yaitu paling bawah sebagai undakan yang mengayomi serambi sehingga berjumlah empat undakan. Di atas atap terdapat hiasan yang biasa disebut mustaka. Mustaka terdiri dari tiga bagian pangkal, tangah dan puncak. Pada bagian pangkal, tangah dan puncak terdapat hias pada mustaka dari bahan trakota berbentuk potongan tempurung kelapa yang pada puncaknya terdapat bagian lotus dan samping-sampingnya terdapat hiasan seperti kepala angsa.
d.      Tempat Wudhu atau Kolam
Tempat wudhu di masjid ini pada mula jamaah yang hendak mengambil air wudhu mereka mengambil air wudhu pada kolam yang sudah ada sejak berdirinya masjid ini, yaitu letaknya tepat di depan masjid dengan ukuran kolam 6 x 3 m kedalaman sekitar 3 m. air dalam kolam ini menurut Kang Habsyi berasal dari dalam tanah yang airnya tidak habis-habis seperti kolam yang ada di masjid Kasunyatan. Fungsi kolam ini selain untuk berwudhu juga untuk mandi atau mensucikan diri serta banyak masyarakat sekitar yang percaya bahwa air dalam kolam ini dapat menyembuhkan penyakit.
E.     Kegiatan Keagamaan di Masjid Pangeran Aria Singaraja
Menurut sumber yang saya wawancarai, masjid ini sering mengadakan kegiatan keagamaan seperti pengajian malam Jum’at atau yasinan, lalu pengajian pada hari Sabtu malam dan Senin malam berupa mengkaji ilmu agama dari kitab-kitab yang diterangkan oleh Ustadz setempat. Selain itu, masjid ini sering kedatangan tamu atau jamaah yang ingin berdakwah maupun sekedar mencari ketenangan di masjid. Mereka semua berasal dari serang sendiri dan dari luar daerah seperti Lampung dan Jakarta.[2]
F.     Penutup
a.      kesimpulan
Masjid Pangeran Aria Singaraja bisa dikatakan dibangun pada tahun sekitar tahun 1809 M karena pelopor pembangunannya sendiri yaitu Pangeran Aria Singaraja hidup pada masa Kesultanan Banten terakhir yaitu masa pemerintahan Sultan Rafiuddin (1809-1813 M) karena Pangeran Aria Singaraja merupakan salah satu keturunan dari Kesultanan Banten maka masjid ini disebut sebagai masjid yang bersejarah. Walaupun masjid ini mempunyai nilai sejarah namun sangat sulit untuk menggali data tentang sejarahnya karena, penduduk setempatpun masih belum mengatahui banyak tentang informasi sejarahnya secara keseluruhannya. Secara umum arsitektur masjid ini tidak jauh beda dengan masjid-masjid kuno yang ada di Banten oleh karena itu, masjid ini digolongkan sebagai masjid kuno peninggalan peradaban Islam di Banten.

b.      Saran
            Saran saya terhadap terhadap masjid ini hanya mengenai kebersihan dan ke aslian bentuk bangunannya agar tetap terjaga, karena masih banyak orang-orang yang ingin mengetahui nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam masjid ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita masyarakat Banten selalu senantiasa menjaga benda-benda bersejarah karena, dengan menjaga dan merawatnya kita dapat mewariskan ilmu pengetahuan yang terkandung dari hal tersebut.









G.    Lampiran-lampiran
                                  
                    Mihrab                                                                      Mimbar
                                  
Atap Majid beserta Mustakanya                                                   Kolam






                                

Halaman Masjid bagian kiri                                           Halaman Masjid bagian kanan

                                

Halaman depan Masjid                                                   Kolam bagian dalam











      

Gambar Mustaka masjid                                                       tempat wudhu

      

Tempat wudhu dilihat dari luar                      foto masjid dilihat dari belakang








Daftar Pustaka

Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten Revisi II, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2008.

M. Habsyi (informan, 27 tahun) , Pengurus Masjid.


[1] Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten Revisi II, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2008 hal.133.
[2] M.Habsyi (Informan)

Selasa, 07 Februari 2012

kolam citaman pandeglang

Kolam pemandian Citaman situs prasejarah


PEMANDIAN alam Citaman di Desa Sukasari, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang termasuk salah satu obyek wisata tertua di Provinsi Banten. Obyek wisata yang satu ini adalah situs purbakala prasejarah yang usianya sekitar 2.500 tahun sebelum Masehi.
Sampai saat ini kolam pemandian alam itu masih banyak dikunjungi muda-mudi tiap akhir pekan dan hari libur. Mereka datang dari daerah yang tidak jauh dari lokasi itu, seperti Pandeglang dan Serang. Mata air yang keluar dari sela-sela batu besar di kolam pemandian itu menjadi daya tarik pengunjung yang datang ke tempat itu.
Suasana alam di sekitar lokasi pemandian tampak masih asri dan alami, jauh dari pemukiman penduduk dan banyak tumbuh pohon kirai yang daunnya digunakan penduduk untuk membuat anyaman atap rumah.
Citaman memang sudah lama dikenal sebagai tempat rekreasi muda-mudi yang tengah kasmaran. Dua buah kolam pemandian alam terbuka yang ada di sana tetap dipertahankan seperti bentuk aslinya. Kedua kolam pemandian itu sengaja dibuat terpisah, yang satu digunakan untuk wanita dan yang satu lagi untuk laki-laki. Tetapi kedua kolam pemandian itu tak ada sekatan, sehingga dari kedua arah bisa bebas saling memandang.
Karena kolam pemandian alam itu masuk warisan budaya nenek moyang, maka peninggalan purbakala itu dilindungi UU No.5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Jadi penduduk setempat turut menjaga keasliannya dan melarang siapa saja yang mencoba merusak atau mencuri batu-batu yang berserakan di sana. Selain terdapat kolam pemandian di lokasi itu terdapat pula semacam punden berundak yang disebut arkeolog punden berundak Batu Goong Citaman.
Menurut catatan sejarah, kolam pemandian itu baru dilakukan penelitian oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang (BP3S) tahun 1996. Menurut Kepala BP3S, Drs.Djaenuderadjat, batu goong tampak sekali dibentuk berdasarkan rancang bangun dengan memanfaatkan kondisi alam di sekitar Bukit Kadu Guling.
Rupanya nenek moyang kita pada masa itu memanfaatkan lahan Kadu Guling yang bertingkat-tingkat sebagai tempat upacara ritual. Makin ke timur makin tinggi dan puncak punden berada di bagian paling timur. Tepat pada puncaknya terdapat sebuah menhir, batu tegak yang dikelilingi sejumlah batu berbentuk goong dan batu silindrik dalam formasi temu gelang.
Melihat tampilan punden berundak Batu Goong ada kesamaan konsep rancang bangun dengan punden berundak Lebak Sibeduk dan Arca Domas di Banten Selatan, yaitu memusat ke belakang. Selain punden berundak yang memusat ke belakang, ada pula punden berundak yang memusat ke tengah, denahnya berbentuk konsentrik. Bentuk seperti ini bisa dijumpai di situs punden berundak Punggung Raharjo, Lampung Timur.
Sekitar 300 m ke arah barat dari situs Batu Goong terdapat kolam pemandian megalitik. Kolam ini berukuran sekitar 350 m2 dan ukuran besar seperti ini mungkin terbesar di Indonesia. Di sekitar kolam ditermukan batu berlubang, batu lumpang, batu bergores, pecahan keramik asing dari abad VIII, pecahan batu pipisan, pecahan alu batu dan benda cagar budaya lainnya. “Yang paling menarik di sana ditemukan batu dakon berlubang 13,”ujar Endjat.
Menurut penuturan Sarwinah, penduduk setempat, pada tahun 1993 pernah ditemukan fragmen arca dan kaki nandi di lokasi pemandian tersebut. Bukti-bukti yang ditemukan penduduk setempat merupakan petunjuk lokasi itu sejak lama dijadikan tempat pemujaan. Dari zaman prasejarah berlanjut ke zaman Hindu-Budha hingga masuk agama Islam di Banten.
Tak jauh dari situs Batu Goong, lk.4 km terdapat arca megalitik yang disebut Sanghyang Dendek. Plate, arkeolog Belanda tahun 1913 pernah melaporkan hasil temuannya kepada Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian terakhir Claude Gulliot, warga negara Perancis yang pernah melakukan penelitian ke situs itu. Para arkeolog mengatakan Sanghyang Dengdek menyandang nama dewa yang dipuja dengan tipe primitif. Di tatar Sunda situs peninggalan sejarah seperti ini disebut Si Bungkuk yang terpuja.
Lebak Sibeduk
Selain situs prasejarah Batu Goong yang sampai sekarang masih berfungsi sebagai tempat pemandian dan ziarah, punden berundak Lebak Sibeduk juga masih dikunjungi orang. Karena lokasi situs ini jauh dari keramaian kota dan agak terisolir, maka jumlah pengunjungnya tidak sebanyak situs Batu Goong.
Menurut data di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslitarkenas), jumlah punden berundak di Indonesia cukup banyak dan tersebar di peloksok tanah air. Di Banten selain Batu Goong terdapat pula situs punden berundak Lebak Sibeduk di Desa Citorek (Lebak) dan punden berundak Arca Domas di Desa Kenekes (Baduy). Situs serupa juga terdapat di Cianjur Selatan yang dikenal dengan nama Gunung Padang. Kemudian situs Pangguyangan di Cisolok, Sukabumi Selatan dan situs Karang Kemulyan di Ciamis.
Dari sekian banyak situs prasejarah punden berundak (stone pyramid) yang ditemukan sebagai peninggalan benda cagar budaya, hanya punden berundak Lebak Sibeduk yang ditemukan dalam keadaan utuh tidak dirusak manusia. Tidak seperti situs Gunung Padang yang hancur porak poranda dirusak penduduk setempat.
Situs Lebak Sibeduk luasnya sekitar 1 ha letaknya jauh dari perkampungan penduduk. Terlihat angker dan sekeliling situs ditumbuhi semak belukar dan dikelilingi hutan lebat. Bahkan di bagian tengah situs tumbuh beberapa pohon besar yang menandakan bahwa situs purbakala itu masih dipelihara dengan baik oleh penduduk setempat.
Batu menhir dan dolmen di situs itu masih berada pada posisinya semula, bagitu pula dengan batu kursi yang disebut-sebut sebagai tempat musyawarah pimpinan adat pada masa lalu. Sayangnya sebagian situs yang terletak dekat aliran sungai kecil mengalami erosi. Kemudian akibat lembabnya udara di sekitar lokasi membuat seluruh batuan ditumbuhi lumut dan cendawan. Demikian pula dengan pohon-pohon besar yang berada dekat bangunan punden akarnya telah merusak bangunan punden yang tingginya sekitar 20 m.
Menurut beberapa arkeolog yang pernah melakukan penelitian di sana, punden berundak itu memiliki 9 teras yang berorintasi 4 penjuru angin mirip bangunan Candi Borobudur.Pada teras pertama berbentuk bujur sangkar berukuran 115 m dan pada salah satu sisinya memiliki jenis batuan yang berbeda dengan situs Gunung Padang. Tampaknya jenis batuan yang ada di sana lebih kasar dan lebih tua. Kemudian berturut-turu pada teras diatasnya berukuran 90 m, 70 m dan pada puncaknya hanya berukuran 6 m.
Pada pintu masuk kompleks punden berundak terdapat sebuah menhir berukuran besar setinggi 2,5 m dengan garis tengah 1,5 m. Di bagian teras bawah terdapat bangunan gubuk yang di dalamnya terdapat beberapa batuan situs yang dianggap keramat oleh penduduk setempat.
Setiap pengunjung yang datang ziarah ke kesana diwajibkan masuk ke dalam gubuk tersebut oleh juru kunci. Sementara di bagian timur terdapat pula sebuah menhir besar yang berukuran 2 m dengan garis tengah 1 m. Batu tegak itu posisinya miring hamper rebah ke tanah. Karena batu itu mirip sebuah beduk, maka penduduk setempat menyebut tempat ziarah itu Lebak Sibeduk.
Pada hamparan tanah yang agak rendah terdapat bekas anak tangga menuju sumur kuno yang masih digunakan untuk mengambil air. Di tempat ini terdapat sumber mata air, letaknya berada di sebelah utara. Penduduk setempat percaya air yang keluar dari sumur tua ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Disamping itu, bagi pengunjung yang mandi di sumur tua itu dipercaya bisa membuat seseorang awat muda dan tampak cantik.
Lokasi Lebak Sibeduk diapit 4 buah gunung, yaitu Gunung Pasir Helang, Nyumcung, Pasir Manggu dan Ngenyot. Situs purbakala itu juga dikelilingi oleh sungai-sungai kecil, seperti Cibeduk di sebelah selatan, Cibanteng di sebelah barat, Cikadu di sebelah utara dan Cimanggu serta Ciamisah di sebelah timur.
Batu tulis
Bila melihat urutan sejarah, batu tulis peninggalan Raja Purnawarman, abad V di sungai Cidanghyang, Munjul juga menjadi obyek wisata. Sebuah tradisi yang dilakukan pelajar Pandeglang setiap mau ujian sekolah mereka melakukan ziarah ke sana.
Batu tulis itu menurut GJ de Casparis bersama mahasiswanya Boechari yang melakukan penelitian tahun 1950 adalah peninggalan Raja Purwarman dari Kerajaan Tarumanegara. Tulisan yang dipahat di atas batu besar itu merupakan tulisan aksara Palawa sama seperti yang ditemukan arekeolog di Batu Tulis Bogor.
Tulisan yang ada di batu tulis itu berbunyi wikranto yam wanipateh prabhuh satyapra (k) ra (mah) nerendraddhwajabhutennasrimatah purnnawarmanah. Artinya Ini adalah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguhnya dari raja dunia yang mulia Purnawarman yang menjadi panji-panji sekalian raja-raja.
Berdasarkan temuan prasasti Munjul, Kabupaten Pandeglang dapat ditarik kesimpulan bahwa, sejak abad V daerah Banten masuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara yang pusatnya di sekitar Bekasi, Jawa Barat. Kerajaan ini menurut kronik Cina disebut To-Lo-Mo pada abad VI dan VII Masehi mengirim utusannya ke Cina.

Sabtu, 04 Februari 2012

candi borobudur

Sudah pernah ke candi borobudur kan…? Itu lho salah satu peninggalan bersejarah yang amat penting di wilayah Jawa Tengah. Candi borobudur merupakan bangunan yang amat megah dan besar. Kita nggak bisa bayangkan bagaimana dulu membangunnya. Saya sendiri pernah beberapa kali berkunjung kesana sewaktu masih kuliah di Yogya. Amat menarik memang. Nah kali ini kita akan belajar sedikit tentang sejarah berdirinya Candi borobudur itu.
Untuk sekadar mengingatkan kembali bagaimana pentingnya kita menghargai sejarah dan benda-benda peninggalan berupa artefak-artefak, candi, prasasti, atau yang lainnya, marilah kita melihat bagaimana Candi Borobudur direkonstruksi sehingga menjadi bangunan yang megah dan termasuk tujuh keajaiban dunia. Untuk mengawalinya kita perlu melihat bagaimana nama dan Candi Borobudur diketahui.
sejarah berdirinya candi borbudur
Gambar Candi Borobudur
Hutan belukar
Sekira tiga ratus tahun lampau, tempat candi ini berada masih berupa hutan belukar yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama Borobudur diketahui dari naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur. Kemudian pada Naskah Babad Tanah Jawi (1709-1710) ada berita tentang Mas Dana, seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tertangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati.
Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro, yang berminat melihat arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar. Kemudian pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya bukit yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles mengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah, untuk membersihkan bukit itu. Setelah dibersihkan selama dua bulan dengan bantuan 200 orang penduduk, bangunan candi semakin jelas dan pemugaran dilanjutkan pada 1825.
Pada 1834, Residen Kedu membersihkan candi lagi, dan tahun 1842 stupa candi ditinjau untuk penelitian lebih lanjut.
Mengenai nama Borobudur sendiri banyak ahli purbakala yang menafsirkannya, di antaranya Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari dua kata Bhoro dan Budur. Bhoro berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti bihara atau asrama, sedangkan kata Budur merujuk pada nama tempat. Pendapat ini dikuatkan oleh Prof. Dr. WF. Stutterheim yang berpendapat bahwa Borobudur berarti Bihara di atas sebuah bukit. Sedangkan Prof. JG. De Casparis mendasarkan pada Prasasti Karang Tengah yang menyebutkan tahun pendirian bangunan ini, yaitu Tahun Sangkala: rasa sagara kstidhara, atau tahun Caka 746 (824 Masehi), atau pada masa Wangsa Syailendra yang mengagungkan Dewa Indra. Dalam prasasti didapatlah nama Bhumisambharabhudhara yang berarti tempat pemujaan para nenek moyang bagi arwah-arwah leluhurnya.
Bagaimana pergeseran kata itu terjadi menjadi Borobudur? Hal ini terjadi karena faktor pengucapan masyarakat setempat.
Dalam pelajaran sejarah, disebutkan bahwa candi Borobudur dibuat pada masa Wangsa Syailendra yang Buddhis di bawah kepemimpinan Raja Samarotthungga. Sedangkan yang menciptakan candi, berdasarkan tuturan masyarakat bernama Gunadharma. Pembangunan candi itu selesai pada tahun 847 M. Menurut prasasti Kulrak (784M) pembuatan candi ini dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya yang sangat dihormati, dan seorang pangeran dari Kashmir bernama Visvawarman sebagai penasihat yang ahli dalam ajaran Buddis Tantra Vajrayana. Pembangunan candi ini dimulai pada masa Maha Raja Dananjaya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya, dilanjutkan oleh putranya, Samarotthungga, dan oleh cucu perempuannya, Dyah Ayu Pramodhawardhani.
Sebelum dipugar, Candi Borobudur berupa reruntuhan seperti halnya artefak-artefak candi yang baru ditemukan sekarang ini. Ketika kita mengunjungi Borobudur dan menikmati keindahan alam sekitarnya dari atas puncak candi, kadang kita tidak pernah berpikir tentang siapa yang berjasa membangun kembali Candi Borobudur menjadi bangunan yang megah dan menjadi kekayaan bangsa Indonesia ini.
Pemugaran selanjutnya, setelah oleh Cornelius pada masa Raffles maupun Residen Hatmann, dilakukan pada 1907-1911 oleh Theodorus van Erp yang membangun kembali susunan bentuk candi dari reruntuhan karena dimakan zaman sampai kepada bentuk sekarang. Van Erp sebetulnya seorang ahli teknik bangunan Genie Militer dengan pangkat letnan satu, tetapi kemudian tertarik untuk meneliti dan mempelajari seluk-beluk Candi Borobudur, mulai falsafahnya sampai kepada ajaran-ajaran yang dikandungnya. Untuk itu dia mencoba melakukan studi banding selama beberapa tahun di India. Ia juga pergi ke Sri Langka untuk melihat susunan bangunan puncak stupa Sanchi di Kandy, sampai akhirnya van Erp menemukan bentuk Candi Borobudur. Sedangkan mengenai landasan falsafah dan agamanya ditemukan oleh Stutterheim dan NJ. Krom, yakni tentang ajaran Buddha Dharma dengan aliran Mahayana-Yogacara dan ada kecenderungan pula bercampur dengan aliran Tantrayana-Vajrayana. Oleh sebab itu, para pemugar harus memiliki sekelumit sejarah agama ini di Indonesia. Penelitian terhadap susunan bangunan candi dan falsafah yang dibawanya tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi kalau dihubung-hubungkan dengan bangunan-bangunan candi lainnya yang masih satu rumpun. Seperti halnya antara Candi Borobudur dengan Candi Pawon dan Candi Mendut yang secara geografis berada pada satu jalur.
Materi candi
Candi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja. Borobudur mirip bangunan piramida Cheops di Gizeh Mesir. Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari 55.000 m3 batu, dari 2 juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 cm X 10 cm X 15 cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jadi kalau rangkaian relief itu dibentangkan maka kurang lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat ada sepuluh, tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Sedangkan, tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir.
Menurut hasil penyelidikan seorang antropolog-etnolog Austria, Robert von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal tata budaya pada zaman Neolithic dan Megalithic yang berasal dari Vietnam Selatan dan Kamboja. Pada zaman Megalithic itu nenek moyang bangsa Indonesia membuat makam leluhurnya sekaligus tempat pemujaan berupa bangunan piramida bersusun, semakin ke atas semakin kecil. Salah satunya yang ditemukan di Lebak Sibedug Leuwiliang Bogor Jawa Barat. Bangunan serupa juga terdapat di Candi Sukuh di dekat Solo, juga Candi Borobudur. Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa.
Berbeda dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan versi lain bangunan piramida. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan ditemukan di daerah dan negara manapun, termasuk di India. Dan itulah salah satu kelebihan Candi Borobudur yang merupakan kekhasan arsitektur Budhis di Indonesia.
Melihat kemegahan bangunan Candi Borobudur saat ini dan candi-candi lainnya di Indonesia telah memberikan pengetahuan yang besar tentang peradaban bangsa Indonesia. Berbagai ilmu pengetahuan terlibat dalam usaha rekonstruksi Candi Borobudur yang dilakukan oleh Teodhorus van Erp. Kita patut menghargai usaha-usahanya mengingat berbagai kendala dan kesulitan yang dihadapi dalam membangun kembali candi ini.
Sampai saat ini ada beberapa hal yang masih menjadi bahan misteri seputar berdirinya Candi Borobudur, misalnya dalam hal susunan batu, cara mengangkut batu dari daerah asal sampai ke tempat tujuan, apakah batu-batu itu sudah dalam ukuran yang dikehendaki atau masih berupa bentuk asli batu gunung, berapa lama proses pemotongan batu-batu itu sampai pada ukuran yang dikehendaki, bagaimana cara menaikan batu-batu itu dari dasar halaman candi sampai ke puncak, alat derek apakah yang dipergunakan? Mengingat pada masa itu belum ada gambar biru (blue print), lalu dengan sarana apakah mereka itu kalau hendak merundingkan langkah-langkah pengerjaan yang harus dilakukan, dalam hal gambar relief, apakah batu-batu itu sesudah bergambar lalu dipasang, atau batu dalam keadaan polos baru dipahat untuk digambar. Dan mulai dari bagian mana gambar itu dipahat, dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas? Dan masih banyak lagi misteri yang belum terungkap secara ilmu pengetahuan, terutama tentang ditemukannya ruang pada stupa induk candi.
Restorasi di tahun 1974-1983
Harta karun
Pemugaran selanjutnya dilakukan pada tahun 1973-1983, selang 70 tahun dari pemugaran yang dilakukan van Erp. Pemugaran ini dimaksudkan tiada lain sebagai upaya melestarikan budaya yang tak ternilai harganya. Inilah “harta karun” yang sesungguhnya tak bisa dihargai dengan uang apalagi dijual untuk membayar utang. Kesadaran masyarakat untuk ikut mengamankan bangunan candi sangat diharapkan termasuk juga dari para wisatawan.
Penggalian, penelitian, dan rencana pemugaran terhadap candi-candi atau benda-benda bersejarah lainnya yang baru-baru ini ditemukan tentunya membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Pemugaran bangunan budaya dan kepurbakalaan tidak semudah pembangunan gedung modern. Setiap bentuk bangunan budaya memiliki makna yang khusus dan hal ini tidak dapat diabaikan di dalam pemugaran bangunan kuno tersebut. Oleh sebab itu butuh dukungan dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Upaya membangun kembali sebuah simbol-simbol peradaban yang pernah hilang berarti semakin membuka mata-hati kita tentang sejarah peradaban manusia Indonesia yang kaya dengan ilmu pengetahuan dan budaya. Dengan demikian, kita akan menjadi manusia berbudaya yang mampu menghargai budayanya sendiri sebagai bentuk jati diri dan identitas bangsa yang mandiri.
Akhirnya, kita harus membangkitkan kembali gairah menghargai benda-benda cagar budaya yang bukan hanya menjadi kekayaan masyarakat dan bangsa, melainkan juga menjadi kekayaan ilmu pengetahuan yang akan terus mengungkap fakta-fakta sejarah itu. Menikmati keindahan dan menjaga kelestariannya merupakan salah satu bentuk kepedulian yang sangat berarti. Tentunya peran lembaga yang berkaitan dengan perlindungan benda-benda cagar budaya perlu ditingkatkan dengan memberikan pemahaman, pengertian dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga dan melestarikan benda-benda tersebut.
Perlindungan hukum pun harus ditegakkan secara konsisten sehingga tidak terjadi lagi kepincangan-kepincangan hukum yang menyisakan rasa ketidakadilan bagi masyarakat, seperti halnya kasus peledakan Candi Borobudur pada 1983.***
Tetap menjadi suatu misteri,sekedar tambahan candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia dengan tinggi 34,5 meter dan luas bangunan 123 x 123 meter. Di dirikan di atas sebuah bukit yang terletak kira-kira 40 km di barat daya Yogyakarta, 7 km di selatan Magelang, Jawa Tengah.
Candi Borobudur dibangun oleh Dinasti Sailendra antara tahun 750 dan 842 Masehi. Candi Buddha ini kemungkinan besar ditinggalkan sekitar satu abad setalah dibangun karena pusat kerajaan pada waktu itu berpindah ke Jawa Timur.
Sir Thomas Stanford Raffles menemukan Borobudur pada tahun 1814 dalam kondisi rusak dan memerintahkan supaya situs tersebut dibersihkan dan dipelajari secara menyeluruh. Proyek restorasi Borobudur secara besar-besaran kemudian dimulai dari tahun 1905 sampai tahun 1910 dipimpin oleh Dr. Tb. van Erp. Dengan bantuan dari UNESCO, restorasi kedua untuk menyelamatkan Borobudur dilaksanakan dari bulan Agustus 1913 sampai tahun 1983.
Namun, sampai sekarang Candi Borobudur masih menyimpan sejumlah misteri. Sejumlah misteri itu misalnya, siapa yang merancang Candi Borobudur, berapa jumlah orang dipekerjakan untuk membangun candi tersebut, dari mana saja batu untuk membangun candi ? Filosofi apa yang digunakan untuk membuat candi tersebut ? Tetapi yang pasti candi ini merupakan aset penting bagi Indonesia di mata dunia internasional. Kita harus bangga dan selalu menjaga kelestariannya

muhammad al-fatih

Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.

Betapa tidak, beliau SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Sampai beliau SAW bilang dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa sebaik-baik panglima adalah panglima tersebut, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang dipimpinnya.
:13277958621361544688
Siapa yang tidak ingin menjadi orang yang telah dipuji oleh Rasulullah SAW. Dan siapa yang tidak ingin menjadi penakluk Romawi. Di zaman itu, bisa menaklukkan Romawi tentunya sebuah prestasi besar. Sebab Romawi adalah kerajaan besar di Eropa yang sangat berpengaruh. Uang dinar (emas) yang digunakan oleh bangsa Arab, umumnya buatan Romawi. Romawi juga pernah mengalahkan kerajaan besar Persia.

Bahkan salah satu surat dalam Al-Quran bernama Ruum (Bangsa Romawi), yaitu surat nomor 30, yang menggambarkan bahwa Romawi yang nota bene beragama Masehi itu akan berhasil mengalahkan Persia yang Majusi (penyembah api). Dan digambarkan dalam ayat itu bahwa saat mendengar kemenangan bangsa Romawi itu, para shahabat nabi yang disebut sebagai orang-orang beriman akan ikut berbahagia.

Lalu menjadi tantangan tersendiri untuk dapat mengislamkan Romawi. Bahkan Rasulullah SAW sendiri telah berkirim surat kepada pimpinan tertinggi Romawi, yaitu Kaisar Heraklius yang bertahta di Konstantinopel. Ajakan Nabi SAW kepada Sang Kaisar memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.

Dan beliau SAW sendiri yang mengatakan bahwa dari dua kota besar Romawi, Konstantinopel adalah kota yang pertama kali akan jatuh ke tangan umat Islam.

Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah SAW untuk menulis, tiba-tiba beliau SAW ditanya tentang kota manakah yang akan futuh terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Rasulullah SAW menjawab,"Kota Heraklius terlebih dahulu (Konstantinopel)".

Sayangnya penaklukan kota kebanggaan bangsa Romawi itu nyaris belum pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan shahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.

Di masa shahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah seorang shahabat yang menjadi anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.

Abu Ayyub Al-Anshari berkata,"Aku mendengar baginda Rasulullah SAW bersabda bahwa ada seorang lelaki shalih akan dikuburkan di bawah tembok tersebut, Dan aku juga ingin mendengar derap tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja, yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda".

Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dan memang tidak pernah ada satu pun lawan yang mampu menembus benteng pertahanannya. Benteng Bosporus memang terlalu tinggi temboknya, terlalu tebal dindingnya. Bahkan benteng itu dikelilingi oleh laut yang membuat musuh yang ingin menerobos akan frustasi.

Namun akhirnya benteng itu jebol juga, dan kota Konstantinopel menyerah. Pahlawan muslim yang ditakdirkan menjadi orang yang telah dikabarkan Rasulullah SAW itu adalah Sultan Muhammad Al-Fatih. Al-Fatih adalah gelar untuk beliau yang maknanya Sang Penakluk atau Sang Pembebas. Karena beliau adalah orang yang berhasil membebaskan jantung Eropa ke tangan Islam.

Muhammad Al-Fatih

Beliau lahir pada 30 Maret 1432 dan wafat pada 3 Mei 1481. Al-Fatih sejak masih belia telah dididik dengan baik, sehingga telah mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika, dan juga ilmu-ilmu keislaman seperti bahasa Arab, ilmu tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqih, sastra, dan lainnya. Beliau juga menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun.

Dari sudut pandang Islam, beliau dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu` setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di `Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).

Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik dan strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq.

Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.

Tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud dan shalat sunnah rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

Konstantinopel

Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu kota termasyhur dunia. Kota ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Konstantinopel ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium.

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah SWT.

Beliau juga membacakan ayat-ayat Al-Quran mengenainya serta hadis tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah.

Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir Allahu Akbar, Allahu Akbar! terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu.

Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah SAW. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota.

Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

terbentuknya tata surya

Sebuah teori lahir dari keingintahuan akan suatu kejadian atau keadaan. Tidak mudah untuk mempercayai sebuah teori baru, apalagi jika teori tersebut lahir ditengah kondisi masyarakat yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi oleh para ilmuwan di awal-awal penemuan mereka.

Hal utama yang dihadapi untuk mengerti lebih jauh lagi tentang Tata Surya adalah bagaimana Tata Surya itu terbentuk, bagaimana objek-objek didalamnya bergerak dan berinteraksi serta gaya yang bekerja mengatur semua gerakan tersebut. Jauh sebelum Masehi, berbagai penelitian, pengamatan dan perhitungan telah dilakukan untuk mengetahui semua rahasia dibalik Tata Surya.

Pengamatan pertama kali dilakukan oleh bangsa China dan Asia Tengah, khususnya dalam pengaruhnya pada navigasi dan pertanian. Dari para pengamat Yunani ditemukan bahwa selain objek-objek yang terlihat tetap di langit, tampak juga objek-objek yang mengembara dan dinamakan planet. Orang-orang Yunani saat itu menyadari bahwa Matahari, Bumi, dan Planet merupakan bagian dari sistem yang berbeda. Awalnya mereka memperkirakan Bumi dan Matahari berbentuk pipih tapi Phytagoras (572-492 BC) menyatakan semua benda langit berbentuk bola (bundar).

Sampai dengan tahun 1960, perkembangan teori pembentukan Tata Surya bisa dibagi dalam dua kelompok besar yakni masa sebelum Newton dan masa sesudah Newton.

Permulaan Perhitungan Ilmiah
Perhitungan secara ilmiah pertama kali dilakukan oleh Aristachrus dari Samos (310-230 BC). Ia mencoba menghitung sudut Bulan-Bumi-Matahari dan mencari perbandingan jarak dari Bumi-Matahari, dan Bumi-Bulan. Aristachrus juga merupakan orang pertama yang menyimpulkan Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran yang menjadi titik awal teori Heliosentrik. Jadi bisa kita lihat kalau teori heliosentrik bukan teori yang baru muncul di masa Copernicus. Namun jauh sebelum itu, Aristrachrus sudah meletakkan dasar bagi teori heliosentris tersebut.

Pada era Alexandria, Eratoshenes (276-195BC) dari Yunani berhasil menemukan cara mengukur besar Bumi, dengan mengukur panjang bayangan dari kolom Alexandria dan Syene. Ia menyimpulkan, perbedaan lintang keduanya merupakan 1/50 dari keseluruhan revolusi. Hasil perhitungannya memberi perbedaan sebesar 13% dari hasil yang ada saat ini.

Ptolemy dan Teori Geosentrik
Ptolemy (c 150AD) menyatakan bahwa semua objek bergerak relatif terhadap bumi. Dan teori ini dipercaya selama hampir 1400 tahun. Tapi teori geosentrik mempunyai kelemahan, yaitu Matahari dan Bulan bergerak dalam jejak lingkaran mengitari Bumi, sementara planet bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke arah timur. Untuk mengatasi masalah ini, Ptolemy mengajukan dua komponen gerak. Yang pertama, gerak dalam orbit lingkaran yang seragam dengan periode satu tahun pada titik yang disebut deferent. Gerak yang kedua disebut epycycle, gerak seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent.

Teori heliosentrik dan gereja
Nicolaus Copernicus (1473-1543) merupakan orang pertama yang secara terang-terangan menyatakan bahwa Matahari merupakan pusat sistem Tata Surya, dan Bumi bergerak mengeliinginya dalam orbit lingkaran. Untuk masalah orbit, data yang didapat Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak kosentrik. Teori heliosentrik disampaikan Copernicus dalam publikasinya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium kepada Paus Pope III dan diterima oleh gereja.

Tapi dikemudian hari setelah kematian Copernicus pandangan gereja berubah ketika pada akhir abad ke-16 filsuf Italy, Giordano Bruno, menyatakan semua bintang mirip dengan Matahari dan masing-masing memiliki sistem planetnya yang dihuni oleh jenis manusia yang berbeda. Pandangan inilah yang menyebabkan ia dibakar dan teori Heliosentrik dianggap berbahaya karena bertentangan dengan pandangan gereja yang menganggap manusialah yang menjadi sentral di alam semesta.

Lahirnya Hukum Kepler
Walaupun Copernicus telah menerbitkan tulisannya tentang Teori Heliosentrik, tidak semua orang setuju dengannya. Salah satunya, Tycho Brahe (1546-1601) dari Denmark yang mendukung teori matahari dan bulan mengelilingi bumi sementara planet lainnya mengelilingi matahari. Tahun 1576, Brahe membangun sebuah observatorium di pulau Hven, di laut Baltic dan melakukan penelitian disana sampai kemudian ia pindah ke Prague pada tahun 1596.

Di Prague, Brahe menghabiskan sisa hidupnya menyelesaikan tabel gerak planet dengan bantuan asistennya Johannes Kepler (1571-1630). Setelah kematian Brahe, Kepler menelaah data yang ditinggalkan Brahe dan menemukan bahwa orbit planet tidak sirkular melainkan elliptik.

Kepler kemudian mengeluarkan tiga hukum gerak orbit yang dikenal sampai saat ini yaitu ;


  1. Planet bergerak dalam orbit ellips mengelilingi matahari sebagai pusat sistem.
  2. Radius vektor menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama.
  3. Kuadrat kala edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata dari matahari.
Kepler menuliskan pekerjaannya dalam sejumlah buku, diantaranya adalah Epitome of The Copernican AstronomyIndex Librorum Prohibitorum yang merupakan buku terlarang bagi umat Katolik. Dalam daftar ini juga terdapat publikasi Copernicus, De Revolutionibus Orbium Coelestium. dan segera menjadi bagian dari daftar

Awal mula dipakainya teleskop
Pada tahun 1608, teleskop dibuat oleh Galileo Galilei (1562-1642), .Galileo merupakan seorang professor matematika di Pisa yang tertarik dengan mekanika khususnya tentang gerak planet. Ia salah satu yang tertarik dengan publikasi Kepler dan yakin tentang teori heliosentrik. Dengan teleskopnya, Galileo berhasil menemukan satelit-satelit Galilean di Jupiter dan menjadi orang pertama yang melihat keberadaan cincin di Saturnus.

Salah satu pengamatan penting yang meyakinkannya mengenai teori heliosentrik adalah masalah fasa Venus. Berdasarkan teori geosentrik, Ptolemy menyatakan venus berada dekat dengan titik diantara matahari dan bumi sehingga pengamat dari bumi hanya bisa melihat venus saat mengalami fasa sabit.

Tapi berdasarkan teori heliosentrik dan didukung pengamatan Galileo, semua fasa Venus bisa terlihat bahkan ditemukan juga sudut piringan venus lebih besar saat fasa sabit dibanding saat purnama. Publikasi Galileo yang memuat pemikirannya tentang teori geosentrik vs heliosentrik, Dialogue of The Two Chief World System, menyebabkan dirinya dijadikan tahanan rumah dan dianggap sebagai penentang oleh gereja.

Dasar yang diletakkan Newton
Di tahun kematian Galileo, Izaac Newton (1642-1727) dilahirkan. Bisa dikatakan Newton memberi dasar bagi pekerjaannya dan orang-orang sebelum dirinya terutama mengenai asal mula Tata Surya. Ia menyusun Hukum Gerak Newton dan kontribusi terbesarnya bagi Astronomi adalah Hukum Gravitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Hukum Gravitasi Newton memberi penjelasan fisis bagi Hukum Kepler yang ditemukan sebelumnya berdasarkan hasil pengamatan. Hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia yang ia tulis selama 15 tahun.

Teori Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan Tata Surya yang lahir kemudian, sampai dengan tahun 1960 termasuk didalamnya teori monistik dan teori dualistik. Teori monistik menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari materi yang sama. Sedangkan teori dualistik menyatakan matahari dan bumi berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbetuk pada waktu yang berbeda.

Teori Pembentukan Tata Surya Sesudah Newton
Kemunculan Newton dengan teori gravitasinya menjadi dasar yang kuat dalam menciptakan teori ilmiah pembentukan Tata Surya. Dalam artikel ini akan dibahas teori pembentukan Tata Surya yang lahir sesudah era Newton sampai akhir abad ke-19. Perkembangan teori pembentukan Tata Surya sampai dengan tahun 1960 terbagi dalam dua kelompok pemikiran yakni teori monistik yang menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari materi yang sama. Dan yang kedua teori dualistik menyatakan matahari dan bumi berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbetuk pada waktu yang berbeda.

Teori Komet Buffon
Tahun 1745, George comte de Buffon (1701-1788) dari Perancis mempostulatkan teori dualistik dan katastrofi yang menyatakan bahwa tabrakan komet dengan permukaan matahari menyebabkan materi matahari terlontar dan membentuk planet pada jarak yang berbeda. Kelemahannya Buffon tidak bisa menjelaskan asal komet. Ia hanya mengasumsikan bahwa komet jauh lebih masif dari kenyataannya.

Teori Nebula Laplace
Ada beberapa teori yang menginspirasi terbentuknya teori Laplace, dimulai dari filsuf Perancis, Renè Descartes (1596-1650) yang percaya bahwa angkasa terisi oleh “fluida alam semesta” dan planet terbentuk dalam pusaran air. Sayangnya teori ini tidak didukung dasar ilmiah.

Seratus tahun kemudian Immanuel Kant (1724-1804) menunjukkan adanya awan gas yang berkontraksi dibawah pengaruh gravitasi sehingga awan tersebut menjadi pipih. Ide ini didasarkan dari teori pusaran Descartes tapi fluidanya berubah menjadi gas. Setelah adanya teleskop, William Herschel (1738-1822) mengamati adanya nebula yang ia asumsikan sebagai kumpulan bintang yang gagal. Tahun 1791, ia melihat bintang tunggal yang dikelilingi halo yang terang. Hal inilah yang memberinya kesimplan bahwa bintang terbentuk dari nebula dan halo merupakan sisa nebula.

Dari teori-teori ini Pierre Laplace (1749-1827) menyatakan adanya awan gas dan debu yang berputar pelan dan mengalami keruntuhan akibat gravitasi. Pada saat keruntuhan, momentum sudut dipertahankan melalui putaran yang dipercepat sehingga terjadi pemipihan. Selama kontraksi ada materi yang tertinggal kedalam bentuk piringan sementara pusat massa terus berkontraksi. Materi yang terlepas kedalam piringan akan membentuk sejumlah cincin dan materi di dalam cincin akan mengelompok akibat adanya gravitasi. Kondensasi juga terjadi di setiap cincin yang menyebabkan terbentuknya sistem planet. Materi di dalam awan yang runtuh dan memiliki massa dominan akan membentuk matahari.

Namun menurut Clerk Maxwell (1831-1879) letak permasalahan teori ini cincin hanya bisa stabil jika terdiri dari partikel-partikel padat bukannya gas. Menurut Maxwell cincin tidak bisa berkondensasi menjadi planet karena gaya inersianya akan memisahkan bagian dalam dan luar cincin. Seandainya proses pemisahan bisa terlewati, massa cincin masih jauh lebih masif dibanding massa planet yang terbentuk.

Permasalahan lain muncul dari distribusi momentum sudut dimana tidak ada mekanisme tertentu yang bisa menjelaskan bahwa keberadaan materi dalam jumlah kecil, yang membentuk planet, bisa memiliki semua momentum sudutnya. Seharusnya sebagian besar momentum sudut berada di pusat objek. Jika momentum sudut intrinsik dari materi luar bisa membentuk planet, maka kondensasi pusat tidak mungkin runtuh untuk membentuk bintang,

Penyempurnaan Teori Laplace
Tahun 1854, Edouard Roche (1820-1883) mengatakan bahwa awan yang diajukan Laplace dalam teorinya bisa memiliki kondensasi pusat yang tinggi sehingga sebagian besar massa berada dekat spin axis dan memiliki kaitan yang kecil dengan momentum angular. Tahun 1873, Roche menyempurnakan teori Laplace dengan analisis “Matahari ditambah atmosfer”, yang memiliki kondensasi pusat yang tinggi. Model ini berada diluar rentang planet dan mengalami keruntuhan saat mendingin. Dalam model ini atmosfer berkorotasi terhadap matahari. Saat sistem mengalami keruntuhan kecepatan sudut bertambah untuk mempertahankan momentum sudut sementara jarak mengecil. Jika jarak mengecil lebih cepat dari radius efektif atmosfer, maka semua atmosfer diluar jarak akan membentuk cincin.

Keberatan dari James Jeans (1877-1946). Ia menunjukkan dengan distribusi nebula yang diberikan oleh Roche, materi luar akan menjadi renggang sehingga tidak dapat melawan gaya pasang surut terhadap pusat massanya dan kondensasi tidak akan terjadi. Jeans juga mennunjukkan bahwa untuk materi di dalam cincin yang mengalir dari nebula yang runtuh menuju kondensasi membutuhkan kerapatan yang lebih besar dari kerapatan sistem. Hal ini akan menghasilkan massa atmosfer dengan magnitudo mendekati magnitudo di pusat massa, sehingga bisa menyelesaikan permasalahan momentum sudut.

Teori Pembentukan Tata Surya Awal Abad ke-20
Perkembangan teori pementukan Tata Surya pada dekade terakhir abad ke-19 dan dekade pertama abad ke-20, didominasi oleh 2 orang Amerika yakni Thomas Chamberlin (1843-1928) dan Forest Moulton (1872-1952). Dalam membangun teorinya, mereka melakukan komunikasi secara konstan, bertukar pemikiran dan menguji ide-ide yang muncul, namun publikasi atas karya besar mereka dilakukan secara terpisah.

Pada tahun 1890-an, Chamberlin menawarkan solusi untuk teori nebula Laplace. Ia menawarkan adanya satu akumulasi yang membentuk planet atau inti planet (objek kecil terkondensasi diluar materi nebula) yang kemudian dikenal sebagai planetesimal. Menurut Chamberlin, planetesimal akan bergabung membentuk proto planet. Namun karena adanya perbedaan kecepatan partikel dalam dan partikel luar, dimana partikel dalam bergerak lebih cepat dari partikel luar, maka objek yang terbentuk akan memiliki spin retrograde.

Walaupun ide planetesimal ini cukup baik, sejak tahun 1900 Chamberlin dan Moulton mengembangkan teori alternatif untuk pembentukan planet. Keduanya mengembangkan teori tentang materi yang terlontar dari bintang membentuk nebula spiral. Nebula spiral ini tidak diketahui asalnya dan berhasil dipotret oleh para pengamat. Menurut mereka, materi yang terlontar ini bisa membentuk planet yang akan mengitari bintang induknya. Tapi ide ini kemudian mereka tolak karena orbit yang mereka dapatkan terlalu eksentrik/lonjong.

Chamberlin kemudian membangun teori baru yang melibatkan erupsi matahari. Ia memberikan kemungkinan bahwa spiral nebula merupakan hasil interaksi pemisahan dari bintang yang berada dalam proses erupsi dengan bintang lainnya. Teori ini membutuhkan matahari yang aktif dengan prominensa yang masif. Namun sayangnya gaya pasang surut bintang yang berinteraksi dengan matahari hanya mampu menahan materi prominensa di luar matahari tapi tidak mampu memindahkan materi dari matahari. Untuk itu dibutuhkan jarak matahari-bintang lebih besar dari limit Roche untuk matahari dan massa masif yang lebih besar dari massa matahari untuk bintang lainnya.

Teori Pasang Surut Jeans
Astronomi Inggris, James Jeans (1877-1946) mengemukakan Tata Surya merupakan hasil interaksi antara bintang lain dan matahari. Perbedaan ide yang ia munculkan dengan ide Chamberlin – Moulton terletak pada absennya prominensa. Menurut Jeans dalam interaksi antara matahari dengan bintang lain yang melewatinya, pasang surut yang ditimbulkan pada matahari sangat besar sehingga ada materi yang terlepas dalam bentuk filamen. Filamen ini tidak stabil dan pecah menjadi gumpalan-gimpalan yang kemudian membentuk proto planet. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang proto planet memiliki momentum sudut yang cukup untuk masuk kedalam orbit disekitar matahari. Pada akhirnya efek pasang surut matahari pada proto planet saat pertama kali melewati perihelion memberikan kemungkinan bagi proses pembentukan planet untuk membentuk satelit.

Pada model ini tampaknya spin matahari yang lambat dikesampingkan karena dianggap matahari telah terlebih dahulu terbentuk sebelum proses pembentukan planet. Selain itu tanpa adanya prominensa maka kemiringan axis solar spin dan bidang orbit matahari-bintang tidak akan bisa dijelaskan.

Tahun 1919, Jeans memperbaharui teorinya. Ia menyatakan bahwa saat pertemuan kedua bintang terjadi, radius matahari sama dengan orbit Neptunus. Pengubahan ini memperlihatkan kemudahan untuk melontarkan materi pada jarak yang dikehendaki. Materinya juga cukup dingin, dengan temperatur 20 K dan massa sekitar ½ massa jupiter. Harold Jeffreys (1891-1989) yang sebelumnya mengkritik teori Chamberlin-Moulton juga memberikan beberapa keberatan atas teori Jeans. Keberatan pertamanya mengenai keberadaan bintang masif yang jarang sehingga kemungkinan adanya bintang yang berpapasan dengan matahari pada jarak yang diharapkan sangatlah kecil.

Tahun 1939, keberatan lain datang dari Lyman Spitzer (1914-1997). Menurutnya jika matahari sudah berada dalam kondisi sekarang saat materinya membentuk Jupiter maka diperlukan materi pembentuk yang berasal dari kedalaman dimana kerapatannya sama dengan kerapatan rata-rata matahari dan temperatur sekitar 106 K. Tapi jika harga temperatur ini dipakai dalam persamaan untuk massa kritis jeans, maka massa minimum Jupiter menjadi 100 kali massa Jupiter saat ini.