Rabu, 28 Maret 2012

Masjid Pacinan Tinggi


LAPORAN  HASIL PENELITIAN
 PRAKTIKUM MATA KULIAH ARKEOLOGI
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

( POLA ARSITEKTUR MASJID PACINAN TINGGI )

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Praktikum Mata Kuliah Arkeologi
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam
 






Disusun Oleh
Reni Nurhasanah
NIM : 092400110

FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI “ SMH “ BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, pemilik dan penguasa alam beserta segala isinya. Berkat rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik laporan hasil penelitian arkeologi ini. Laporan hasil penelitian ini membahas tentang Masjid Pacinan Tinggi, yang merupakan salah satu Benda Cagar Budaya   ( BCB ). Dengan melakukan penelitian pada Masjid Pacinan Tinggi,  merupakan salah satu bentuk pelestarian terhadap Benda Cagar Budaya ( BCB ), karena dengan hal itu, kita dapat mengetahui sejarah maupun bentuk bangunan pada tempo dulu. Sehingga, kita dapat memberikan informasi kepada generasi selanjutnya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terseleainya Laporan Hasil Penelitian Arkeologi tentang” Pola Arsitektur Masjid Pacinan Tinggi “, terutama kepada Bapak Ubay selaku narasumber yang banyak memberikan informasi Masjid Pacinan Tinggi. Mudah-Mudahan Laporan Hasil Penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat. Dalam penyususnan Laporan Hasil Penelitian Arkeologi ini, penulis menyadari bahwa Laporan Hasil Penelitian Arkeologi ini tidak luput dari kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati, penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun agar Laporan Hasil Penelitian Arkeologi ini dapat lebih sempurna.
Cilegon, 8 Februari 2012

RENI NURHASANAH

i
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penelitan
 Setelah portugis menguasai pelabuhan malaka pada 1511, para pedagang yang berasal dari Cina, Parsi dan Arab tidak lagi berlabuh di malaka, karena Portugis memberlakukan peraturan bea masuk yang tinggi serta memiliki sikap yang kasar. Sehingga para pedagang dari Cina, Parsi dan Arab pindah ke pelabuhan Banten,  karena Banten merupakan kota pelabuhan yang kaya akan rempah-rempah. Para pedagang Cina mulai memasuki Banten pada tahun 1522. Pada awalnya Orang Cina ini datang ke Banten dengan tujuan untuk berdagang. Mereka membawa barang-barang khas dari negaranya untuk diperdagangkan di pasar Karangantu. Antara lain, orang Cina berdagang sutera, beluderu, porselin, peti yang indah, kertas emas, kipas. Barang-barang tersebut ditukarkan dengan rempah-rempah. Orang Cina membutuhkan rempah-rempah untuk dijadikan bumbu, campuran minuman dan obat-obatan.
Karena proses bongkar muatan kapal yang membutuhkan waktu yang lama, akhirnya pedagang Cina tersebut, tinggal di Banten. Lambat laun terbentuklah perkampungan Cina atau lebih dikenal dengan Kampung Pacinan. Dalam kehidupan bermasyarakat para pedagang Cina tersebut berbaur dengan penduduk Banten, sehingga banyak diantara orang Cina yang menikah dengan penduduk setempat. Kemudian dibangunlah Masjid Pacinan Tinggi, yang dibangun pada masa Sultan Syarif Hidayatullah. Masjid ini dibangun di tengah perkampungan Cina. Masjid Pacinan Tinggi dibangun pada tahun 1523-1524, Masjid Tinggi ini berfungsi sebagai sarana ibadah dan Musyawarah.
1
B.     Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang penelitian di atas, dapat ditemukan masalah tentang Masjid Pacinan Tinggi sebagai berikut :
1.      Apakah latar belakang berdirinya Masjid Pacinan Tinggi ?
2.      Apakah gaya arsitektur yang digunakan pada Masjid Pacinan Tinggi ?
3.      Apakah bahan yang digunakan untuk membangun Masjid Pacinan Tinggi ?
4.      Apakah Fungsi dulu dan fungsi sekarang dari Masjid Pacinan Tinggi ?
5.      Apakah yang menjadi penyebab runtuhnya bangunan Masjid Pacinan Tinggi ?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum Arkeologi islam, serta ingin mengetahui  sejarah dan pola arsitektur Masjid Pacinan tinggi. Dengan melakukan penelitian terhadap Masjid Pacinan Tinggi, berguna untuk melestarikan nilai-nilai kesejarahan yang terkandung dari Masjid Pacinan Tinggi tersebut. Sehingga dapat memicu kesadaran dari masyarakat bahwa pentingnya benda peninggalan pada masa lalu. Sehingga bangunan bersejarah tersebut masih dapat disaksikan oleh generasi selanjutnya.




2
BAB II
HASIL PENELITIAN
A.    Deskripsi Situs
1.      Lokasi Situs
Masjid Pacinan Tinggi beralamat di Kampung Pacinan, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Masjid Pacinan Tingggi terletak kurang lebih 500 m kearah barat dari Masjid Agung Banten atau 400 m kearah selatan dari Benteng Speelwijk.
2.      Denah Lokasi
Apabila kita akan pergi ke Masjid Pacinan Tinggi, kita bisa menggunakan jasa mobil angkutan kota dengan menghabiskan biaya pulang dan pergi  kurang lebih Rp. 20.000. pertama, dari Gerbang Tol Serang kita naik mobil angkutan kota jurusan royal, dengan biaya Rp. 2000. Setelah sampai di Royal, disana terdapat pertigaan jalan lalu kita memilih jalan kearah kanan. kemudian naik mobil angkutan umum jurusan Banten lama, dengan biaya Rp. 3000. Lalu kita turun di pangkalan ojek yang menuju ke arah banten lama dan turun di Masjid Pacinan Tinggi yang berada di desa Banten dengan biaya Rp. 5000.




3
3.      Keterangan Sejarah
Masjid Pacinan Tinggi adalah nama yang diberikan untuk bangunan tempat ibadah yang dibangun di sekitar Pacinan, perkampungan penduduk Cina di Banten. Pada awalnya orang Cina datang ke Banten hanya untuk berdagang akan tetapi lambat laun mereka mulai tinggal dan menetap di Banten, akhirnya terbentuklah kampung Pacinan. Masjid Pacinan Tinggi di bangun pada masa sultan Syarif Hidayatullah. Masjid ini dibangun pada tahun 1523-1524. Menurut sejarahnya masjid ini merupakan Masjid pertama yang dibangun oleh Syarif Hidayatullah, kemudian dilanjutkan oleh Sultan Hasanuddin.1 Bangunan Masjid dan Manara Masjid Pacinan sudah ada sebelum Masjid Agung Banten.2
 Latar belakang didirikannya Masjid Agung Pacinan adalah selain sebagai tempat ibadah,  juga digunakan untuk siar islam yang dilakukan oleh sultan Syraif Hidayatullah.3 Masjid ini pernah dipugar pada tahun 1980-1982. Perihal keberadaan Masjid Pacinan Tinggi tersebut sampai sekarang masih timbul perbedaan pendapat. Sebagaian orang mengatakan, masjid yang dibangun oleh Syarif Hidayatullah itu merupakan masjid pertama yang dibangun di Banten lama. Dipilihhnya lokasi itu di Pacinan, penduduk imigran Cina, karena pada waktu itu banyak warga keturunan Cina yang memeluk agama islam, termasuk istri sultan Syarif Hidayatullah yang berasal dari daratan Tiongkok.4

Akan tetapi sebagian lagi mengatakan, masjid Pacinan Tinggi bukan diperuntukkan bagi para imigran Cina yang masuk islam. Masjid itu sengaja dibangun disana sebagai satu-satunya tempat ibadah umat islam di Banten lama setelah kesultanan Banten hijrah dari Banten Girang ke Banten Lama.5 Dari kedua pendapat tersebut, penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa Masjid Pacinan Tinggi dibangun dikampung Pacinan sebagai sarana islamisasi pada masa Sultan Syarif Hidayatullah juga sebagai tempat ibadah bagi orang Cina yang telah memeluk islam juga  masyarakat Banten. Untuk sekarang bangunan Masjid Pacinan Tinggi tersisa pondasi, mihrab dan menranya saja, hal tersebut diakibatkan karena masyarakat pada waktu itu tidak lagi menggunakan Masid Pacinan Tinggi, karena telah membangun Masjid Agung Banten, sehingga lambat laun bangunan Masjid Pacinan mulai ditinggalkan oleh masyarakat setempat dan bangunan Masjid Pacinan Tinggi mulai runtuh. Untuk saat ini Situs Masjid Pacinan Tinggi dipelihara oleh kantor Pemerintahan BP3S ( Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang ).
4.      Keterangan Fisik
Ketika sampai di lokasi yaitu di Masjid Pacinan Tinggi, situs ini terlihat tidak terawat, hal ini terbukti dengan pagar yang mengelilingi situs sudah mulai rusak dan berkarat bahkan sudah ada yang roboh. Disekitar areal Masjid Pacinan Tinggi, dipenuhi banyak rumput liar yang sudah meninggi sehingga hampir menutupi bagian pondasi Masjid Pacinan Tinggi. Pada halaman kanan Masjid Pacinanpun terlihat tanah yang becek yang tergenang oleh air. Dilingkungan dalam situs Masjid Pacinan Tinggi juga terdapat banyak sampah yang berserakan terutama pada bagian dalam menara masjid.
1.      Gambar halaman Kanan Masjid Pacinan Tinggi yang digenangi oleh air, serta ditumbuhi oleh rumput. ( Foto ini diambil pada tanggal 7 Februari 2012 oleh Reni Nurhasanah ).
Masjid Pacinan Tinggi dibangun pada masa sultan Syarif Hidayatullah pada tahun 1523-1524, kemudian dilanjutkan oleh Sultan Hasanuddin. Masjid ini dinamakan Masjid Pacinan Tinggi Karena masjid ini didirikan di perkampungan orang-orang  Cina ( Pacinan ), yang dahulunya banyak orang cina berdagang dan menetap disana.
 Bangunan Masjid ini terbuat dari batu bata, batu karang dan batu kapur, sedangkan atapnya terbuat dari kayu cendana.  Tetapi sekarang bangunan Masjid Pacinan Tinggi ini, tersisa tiang dan pondasi induknya yang terbuat dari batu karang, berukuran besar dan sangat kokoh, batu karang tersebut direkatkan dengan menggunakan batu kapur yang berwarna putih. panjang pondasi masjid Pacinan 12,5 M dan Lebarnya 8,5 M. sisa pondasi tersebut sekarang banyak ditumbuhi oleh rumput hijau yang lebat, sehingga sebagian pondasi masjid tertutup oleh rumput.
6

           

Masjid Kasunyatan


A.  Lokasi Masjid Kasunyatan
Masjid Kasunyatan berlokasi di Kampung Kasunyatan RT/RW 09/03, Desa Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota serang. [1] Masjid ini terletak 2 km sebelah selatan Masjid Agung Banten. Masjid Ksunyatan ini adalah komplek bangunan dengan luas 2000 m2 yang di dalamnya terdapat: Masjid, makam, madrasah, bangunan MCK, menara, tempat wudhu ( berupa kolam ), dan gapura.[2] Untuk bisa sampai ke lokasi Masjid Kasunyatan bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor, apabila menggunakan kendaraan umum dari arah Jakarta, turun di terminal Pakupatan kemudian naik angkutan perkotaan (angkot) arah Royal, turun di Royal kemudian naik angkot jurusan Karangantu, turun di Desa Kasunyatan tepatnya di depan gapura komplek pemakaman Panembahan Sultan Maulana Yusuf. Dari tempat itu (Panembahan Sultan Maulana Yusuf) berjalan ke sebuah gang sebelah kiri jalan raya Pelabuhan Karangantu sekitar 500 m, barulah sampai ke lokasi Masjid Kasunyatan.
B.  Sejarah Masjid Kasunyatan
Tidak dapat dipastikan kapan nama Kasunyatan dipakai, tetapi setidaknya  nama tersebut telah dikenal pada masa antara pemerintahan Maulana Yusuf dan putranya Maulana Muhammad, yaitu sekitar tahun 1570 sampai dengan tahun 1596. Dalam sejarah Banten nama Kasunyatan disebut sebagai nama seorang pangeran, yaitu pangeran Kasunyatan gelar dari Kyai Dukuh, guru Maulana Muhammad.[3] Adapun Masjid Kasunyatan menurut para Arkeolog dibangun pada masa pemerintahan Maulana Yusuf sekitar tahun 1552-1570 M. Namun menurut salah seorang pengurus panembahan Sultan Maulana Yusuf (Ridwan, 40 tahun) nama Kasunyatan memiliki beberapa arti yaitu, kasunyian (tempat menyepinya Sultan), kasunatan (tempat orang islam yang disunat), kanyataan (tempat yang nyata bagi Sultan-sultan).
Ada perbedaan pendapat mengenai kapan di bangunnya Masjid Kasunyatan. Menurut bapak Ridwan – salah seorang pengurus dari Panembahan Sultan Maulana Yusuf – bahwa Masjid Kasunyatan adalah Masjid partama di Banten dan Masjid kedua adalah Masjid Kenari. Adapun pendapat lain, yaitu pendapatnya Djajadiningrat yang saya kutip dari buku Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten menjelaskan bahwa nama  Kasunyatan dikenal pada masa pemerintahan Maulana Yusuf dan putranya Maulana Muhammad, yaitu sekitar tahun 1570-1596 – tahun dimana Maulana Muhammad menjadi kepala pemerintahan di Banten. Namun dalam hal ini penulis tidak menanyakan kepada informan, apakah yang di maksud  dengan Masjid pertama itu setelah adanya Masjid Agung Banten atau sebelum adanaya Masjid Agung Banten. Kalau misalkan yang dikatakan informan sebelum  adanya Masjid Agung Banten, maka penulis tidak sepakat dengan apa yang diungkapkan oleh informan. Setidaknya ada dua alasan, kenapa penulis tidak sepakat dengan apa yang diungkapkan informan. Pertama, Masjid Agung Banten dibangun pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin[4], sedangkan Masjid Kasunyatan dibangun pada masa pemerintahan Maulana Yusuf. Kedua, disebut Masjid Kasunyatan karena berada di desa Kasunyatan, sedangkan nama Kasunyatan dikenal pada masa pemerintahan Maulana Muhammad – putra dari Maulana Yusuf – yang memberikan gelar Kasunyatan kepada Kiyai Dukuh, karena rasa hormat dan ta’dzimnya kepada sang guru.[5]



C.  Deskripsi Masjid
Masjid kasunyatan dibangun diatas tanah wakaf [6] dengan luas bangunan 2544 m2 dan memiliki kapasitas sekitar 2500 orang. Masjid ini memiliki 4 buah pintu pada ruang utama Masjid, 2 terdapat di sebelah kanan Masjid dan 2 lagi terdapat di sebelah Kiri Masjid. Menurut salah seorang informan yang saya wawancarai - minggu, 12 Februari 2012 - menjelaskan bahwa pada ruangan utama Masjid dahulu - sebelum direnovasi pada tahun 1932 oleh salah seorang bupati serang - memiliki 5 buah pintu masuk  yang terdapat di bagian timur Masjid, namun sekarang pintu yang ada di bagian timur sudah ditutup, karena ada ruangan yang di dalamnya terdapat kuburan seorang putri Sultan – tidak diketahui namanya – yang bernama Nyai Ratu Aisah. Adapun pintu ruang utama Masjid Kasunyatan bentuknya sama seperti Masjid-masjid kuno yang ada di daerah lain seperti, Masjid Agung Banten, Masjid Kenari, Masjid Kaujon, dan Masjid Arya Singaraja, yaitu bentuk bagian atasnya berbentuk setengah lingkaran yang ukurannya tidak terlalu tinggi dan lebar. Hal ini memberikan pelajaran bagi seseorang agar bersikap tawadu dan agar tidak bersikap sombong, apalagi ketika memasuki Masjid.
Selain tardapat 4 pintu diruang utama Masjid yang masih asli bentuknya, di Masjid ini juga terdapat 4 jendela yang hanya terdapat di bagian depan Masjid, 2 jendela terdapat di bagian depan kanan dan 2 lagi terdapat di bagian depan kiri. Menurut informan, bentuk jendela yang terbuat dari kayu tersebut masih asli baik bentuknya maupun bahannya. Di bagian dalam Masjid terdapat 4 tiang penyangga yang letaknya berada di tengah dan antar tiang memiliki jarak 3,46 m (ke depan) dan 3,50 m (ke samping). Dari hasil pengamatan saya di lapangan, hampir seluruh konstruksi bangunan dan unsur-unsur Masjid mulai dari pintu, jendela, tiang penyangga (soko guru), kuada-kuda[7], tangga menara, dan mimbar terbuat dari kayu.
Pada awalnya bangunan Masjid Kasunyatan hanya mempunyai satu ruangan utama dan hanya memiliki serambi yang tidak ada dindingnya. Namun karena pada sekarang ini masyarakat sekitar sudah mulai banyak, maka bangunan Masjid Kasunyatan sudah ada bangunan tambahan, seperti serambi yang sudah ada dindingnya yang ada di sebelah kanan dan kiri Masjid. Terdapat 2 pintu masuk, 6 jendela pada bagian serambi (teras) sebelah kanan dan 2 pintu masuk, 10 jendela pada bagian serambi sebelah kiri.
Di dalam komplek Masjid terdapat beberapa bangunan, seperti bangunan MCK, tempat wudhu yang dibangun masa kemudian, Madrasah Diniyah Awaliyah, bangunan cungkup makam Nyai Ratu Aisyah yang letaknya di sebelah timur Masjid, dan bangunan cungkup makam Syekh Syukur Sepuh – merupakan seorang Ulama yang bertugas sebagai dewan penasihat Sultan – yang letaknya sebelah timur Masjid agak ke utara. Menurut informan Syekh Syukur Sepuh adalah seorang Ulama yang berasal dari Mekkah, beliau mengatakan bahwa gelar Syekh berasal dari Arab (dalam hal ini Mekkah).
Ketika berada di lokasi Masjid, saya dengan dibantu saudara Eka dan Hamli melakukan pengukuran terhadap beberapa bagian Masjid, diantaranya: ruangan utama, pintu ruang utama, jendela ruang utama, serambi (teras) sebelah kanan dan kiri, dan ketebalan tembok. Adapun hasilnya adalah: ruang utama Masjid (luasnya 11,20 m2), teras sebelah kiri (panjang : 11,41 m dan lebar : 7,64 m), teras sebelah kanan ( panjang : 12,20 m dan lebar 6,98 m), pintu ruang utama (tinggi : 1,94 m dan lebar 1 m), jendela ruang utama  (tinggi : 1,72 m dan lebar : 1,53 m), dan ketebalan tembok adalah 55 cm.
D.  Unsur-unsur Masjid
1.    Mihrab
Bentuk mihrab Masjid Kasunyatan – masih asli sampai sekarang - sama dengan Masjid-masjid kuno di Banten, yaitu pada bagian atasnya berbentuk setengah lingkaran dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Adapun ukurannya adalah: panjang 1,63 m, lebar 92 cm dan tinggi 1,79 m. terdapat hiasan yang ada pada dinding bagian atas mihrab, akan tetapi tidak ada penjelasan  maksud dari hiasan tersebut.
2.    Mimbar
Mimbar terbuat dari kayu yang letaknya sekitar 1 m ke belakang dari awal shop (barisan). Bentuk mimbar sama dengan Masjid-masjid kuno yang ada di Banten, yaitu memiliki 3-5 anak tangga dan pada bagian atasnya terdapat atap dari kayu yang menaungi khotib ketika khutbah. Terdapat sebuah pedang yang berasal dari Mekkah dan bentuknya bercabang dua yang artinya 2 kalimat syahadat.[8] Adapun ukuran mimbar adalah: panjang 2,57 m dan lebar 93 cm. Bentuk dan bahan yang di gunakan sebagai mimbar sampai sekarang masih asli, akan tetapi anak tangga yang ada pada mimbar sudah tidak asli lagi.
3.    Menara
Menara Masjid Kasunyatan terdapat di sebelah barat daya Masjid dengan tinggi yang 11 m. beberapa ahli menyebut menara tersebut mirip dengan menara Masjid Pacinan Tinggi yang tahun berdirinya diperkirakan tidak begitu jauh. Menurut Pijper menara ini bergaya arsitektur Portugis. Pada badan menara-sisi selatan, barat dan utara-terdapat tiga buah lubang yang menyerupai jendela, tetapi tidak berdaun jendela. Pada bagian atasnya diberi lubang angin dengan hiasan geometri. Atap menara terbuat dari konstuksi kayu yang dibentuk seperti payung terbuka yang ditutup dengan genting. Di bagian paling atas, tepat di tengahnya terdapat memolo atau mustaka.[9]
Mustaka menara Masjid Kasunyatan terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian pangkal, bagian tengah dan bagian punjak. Pada bagian pangkal dan tengah terdapat kelopak bunga dan pada puncak terdapat seperti kumuda.[10]
Dahulu menara tersebut difungsikan sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan, seperti layaknya fungsi menara Masjid Agung Banten. Sekarang menara tidak lagi difungsikan sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan, kecuali ketika akan melaksanakan sholat Jum’at, menara difungsikan seperti fungsinya dahulu, yaitu sebagai tempat mengumandangkan adzan.[11]
4.    Kubah
Masjid Kasunyatan tidak memiliki kubah seperti layaknya Masjid-masjid yang ada pada masa sekarng khususnya di Banten. Pada bagian atap Masjid berbentuk tumpang yang memiliki tiga tingkatan dan ukurangnya makin ke atas makin mengecil. Di bagian paling puncak terdapat memolo atau mustaka yang memiliki bentuk hampir sama dengan bentuk memolo yang ada di puncak menara.
5.    Gapura
Terdapat tiga buah gapura di komplek Masjid Kasunyatan, satu diantaranya merupakan gapura yang msih asli bentuknya. Dan dua gapura lagi merupakan gapura yang dibangun masa kemudian, namun bentuknya sama persis dengan gapura yang masih asli. Gapura yang msih asli terletak di sebelah timur Masjid agak ke kanan, gapura ini berdekatan dengan bangunan cungkup makam Syekh Syukur Sepuh. Di bagian atas gapura terdapat hiasan yang konon menurut bapak Ridwan merupakan ciri khas Kesultanan Banten.
6.    Kolam
Kolam yang ada di Masjid kasunyatan merupakan kolam yang masih asli dan difungsikan masih seperti fungsi dulu, yaitu sebagai tempat untuk berwudhu. Kolam ini terletak di sebelah barat daya Masjid, tepatnya berada di depan menara. Kolam tersebut mempunya empat pintu[12] yang ada di setiap sisi kolam (barat, timur, selatan dan utara) disetiap pintu memiliki sepuluh anak tangga. Menurut bapak Ridwan kolam tersebut memiliki kedalaman sekitar 7-8 meter, ini diukur dari bagian atas kolam sampai ke dasar kolam. Dahulu kolam tersebut tidak memiliki atap seperti yang sekarang.
Air yang ada di kolam Masjid Kasunyatan berasal dari sumber atau mata air. Air yang ada di kolam menurut keterangan bapak Ridwan tidak pernah kering, kecuali apabila kolam tersebut akan di bersihkan, barulah air yang di kolam akan dikeringkan. Kemudian ada yang berbeda ketika saya berada di lokasi kolam, yaitu tidak adanya anak-anak yang mandi. Hal ini berbeda dengan ketika saya mengunjungi tempat tersebut empat bulan yang lalu. Tidak adanya anak-anak yang mandi di kolam, karena sekarang ada larangan mandi di kolam tersebut.







E.  Lampiran Fhoto
      
Mimbar tampak dari depan             Mihrab tampak dari kiri                   Kolam yang masih asli

                         
Gapura dengan bentuk yang masih asli                         Atap Masjid dengan tiga umpak

                         
Menara dengan memolo di puncaknya                           Pintu masuk menara


[1] Hasil survai di lapangan (minggu 12 Februari 2012)
[2] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2007. Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten. Hlm 117.
[3] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2007:117, mengutip dari bukunya Djajadiningrat 1983:39.
[4] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2007. Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten. Hlm, 94.
[5] Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang. Ragam Pusaka Budaya Banten. Hlm. 112.
[6] Tanah yang di berikan kepada seseorang atau masyarakat untuk dimanfaatkan.
[7] Sebutan yang lazim digunakan oleh tukang bangunan yang ada di kampng, adapun fungsi kuda-kuda ini sebagau panyangga atau panguat atap.
[8]Hasil wawancara dengan bapak Ridwan, pengurus Pemakaman Panembahan Sultan Maulana Yusuf.
[9] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2007. Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten. Hlm. 121.
[10]Majelis Ulama Indonesia Propinsi Banten, 2010. Panduan Iluminasi dan Kaligrafi al-Qur’an Mushaf al-Bantani. Hlm awal.
[11] Hasil wawancara dengan bapak Ridwan, pengurus Pemakaman Panembahan Sultan Maulana Yusuf..
[12] Pintu disini bukan pintu yang memiliki daun pintu, melainkan hanya sebagai jalan untuk sampai ke kolam.